PRINSIP LIMA : VISION PRINCIPLE
PRINSIP MASA DEPAN
SIAPKAN PONDASINYA
“Barangsiapa
berhijrah di jlan Allah, mendapatkan di bumi tempat berlindung dan banyak
rezeki. Dan barangsiapa yang keluar dari rumahnya, berhijrah kepada Allah dan
Rasul-Nya, kemudian mati, sungguh, tetaplah pahalanya pada Allah. Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.”
-QS An Nisa (Wanita-Wanita) 4 : 100-
Setelah memahami Prinsip Satu (Star
Principle), Anda akan memiliki landasan tauhid, atau spiritual commitment, sehingga bisa dikatakan Anda adalah orang
yang independen secara mental. Selanjutnya, pada Prinsip Dua (Angel Principle),
Anda akan berusaha untuk menjadi orang yang dapat dipercaya. Melalui sifat
kejujuran dan integritas, julukan yang harus Anda capai adalah :Al Amin”.
Dengan Prinsip Tiga (Leadership Principle), Anda menyadari
pentingnya kepemimpinan yang dicapai melalui pengaruh yang positif, dan
kepemimpinan bukan sekedar pencapaian jabatan. Anda pun pada akhirnya memiliki
teladan ideal, yakni para Nabi dan Rasul Allah.
Pada Prinsip Empat (Learning
Principle), Anda akan menjadi orang yang selalu membaca, berpikir dan terus –
menerus menyempurnakan segala sesuatunya (Kaizen).
Di Prinsip Lima ( Vision
Principle ) ini, langkah pembangunan visi dimulai. Setiap tahapan pembangunan
sangat beruntung pada kualitas kecerdasan hati seseorang yang sejatinya telah
dipersiapkan di pembangunan
prinsip-prinsip sebelumnya. Visi akan sulit dibangun dan di capai dengan baik
apabila Star Principle yang dianut, salah sejak awal. Begitu juga, jika Anda
salah melangkah pada saat membangun kepercayaan di tahap Angel Principle, maka
pada tahap berikutnya, Leadership Principle, Anda akan menjadi rentan/rapuh,
sangat mudah terpengaruh, dan cenderung gagal menjadi seorang pemimpin. Ketika
pada tahap Learning Principle. Anda belajar pada prinsip-prinsip yang salah,
maka akumulasi dari semua kesalahan langkah di atas akan terjadi pada tahap
Vision Principle, yaitu saat Anda membangun visi di atas landasan yang goyah,
sehingga berujung pada visi yang tidak kuat bahkan mudah hancur.
Seseorang yang berprinsip pada
jabatan, penghargaan, dan hanya termotifasi oleh uang, bias menghalalkan segala
cara untuk meraih ketiga prinsip tersebut. Ia cenderung mengabaikan prinsip
rahman-rahim, kebijaksanaan dan keadilan, juga suara hatinya. Akibatnya, ia
akan sulit membangun kepercayaan, dan
tak berhasil menjadi pemimpin.
Prinsip Machiavelli misalnya,
mengajarkan segala celah untuk meraih kekuasaan. Orang yang menganut prinsip
ini ( Machiavellisme ) membangun visi dengan motivasi mencari jabatan, penghargaan, serta uang. Visi
yang dibangun berlandaskan prinsip prinsip seperti itu, tentu akan melahirkan pemimpin yang menyengsarakan orang lain,
dan puncaknya adalah kerusakan dan kehancuran di muka bumi.
Itulah contoh keterkaitan antara
seluruh prinsip berpikir dalam buku ini. Semua prinsip itu tak dapat
dipisah-pisahkan, bahkan diubah-ubah urutannya karena semua dilakukan bertahap.
Tak ada yang ajaib dalam meraih
suatu keberhasilan, atau sebaliknyatak ada yang ajaib dalam keterjerumusan kita
ke lembah kegagalan, karena semuanya melalui proses. Jadi, tak pada tempatnya
bilamana Anda mengalami kegagalan, lantas Anda menyalahkan Tuhan, karena
kegagalan pun sebenranya sebuah rangkaian proses sebab-akibat. Berkacalah pada proses yang telah kita jalani.
Sudahkah kita gunakan prinsip-prinsip Rukun Iman, Rukun Islam dan Ihsan yang
sebenarnya adalah tahapan-tahapan penting menuju pembangunan EQ dan SQ
paripurna menuju keberhasilan meraih visi yang sesungguhnya ?
“Dan
ikutilah yang paling baik dari apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu,
sebelum datang azab kepadamu sekonyong-konyong tanpa kamu sadari!”
QS Az Zumar (Rombongan) 39:55-
RUMUSAN
VISI
“Yang kemudian
sungguh lebih baik bagimu dari yang permulaan.”
QS Adh Dhuhaa (Cahaya Pagi) 93:4 –
Begitu
banyak orang terperangkap di dalam kesibukan hariannya, dan merasa telah
bekerja keras. Namun sebenarnya, mereka “tidak ke mana-mana” karena tidak ada
tujuan yang jelas. Sehingga, yang dilakukan hanyalah menghabiskan hari-hari
dengan bekerja atau melaksanakan tugas saja.
“Tidak
ada harapan lain dalam diri kami,” begitu selalu keluh mereka. Meski sebenarnya
banyak aktivitas yang dapat dilakukan untuk mengubah segalanya menjadi lebih
baik, seringkali mereka enggan. Bahkan, untuk memikirkan saja tidak mau,
apalagi melakukan tindakan nyata untuk merealisasikan harapan tersebut.
Menunggu nasib baik lebih suka dilakukan, sambil terus – menerus berdoa tanpa
pernah sedikitpun berusaha, apalagi melakukan evaluasi untuk penyempurnaan.
“Tidak sempat,” begitu selalu katanya.
Kesempatan
baginya hanya “mimpi.” Mereka tidak mau mencari peluang baru, dan melakukan
apa-apa sebelum orang lain memberikan tawaran atau janji. Hari-hari dilewatinya
dengan menyesali nasib. Jika ditanya, ia akan menjawab : “ Saya sudah
berusaha,” padahal saat itu ia hanya bersantai-santai.
Mengapa
hal itu bias terjadi? Salah satu penyebab utamanya : tidak ada visi dan
keyakinan diri. Akibatnya, tidak ada tujuan yang jelas dalam hidup mereka.
Sungguh
disayangkan, mereka menutup suara hati untuk bangkit dan maju – yang telah ada
di dasar hati mereka.
Namun,
suara hati tidak akan pernah mati. Itu adalah karunia energy dari Sang Ilahi.
Jika hanya disimpan, suara hati tersebut akan berteriak.
Jika
semakin ditahan, akan semakin sakit dadanya. Kita tentu masih ingat hukum
“reaksi main reaksi” atau hukum kekekalan energy, di mana dorongan energy untuk
bangkit atau terus mencari jalan keluarnya.
Siapa
saja mencoba merintangi, niscaya tidak akan pernah sanggup menahannya, karena
itu adalah wujud eksistensi suara Tuhan. Apabila terus ditahan di dada, itu
akan berubah menjadi dorongan yang mendesak hati. Bila masih ditahan juga, maka
ia akan mendesak jantung. Masih ditahan lagi, maka ia akan mengubah raut wajah
sang empunya menjadi pahit dan getir. Pernahkah Anda melihat wajah seperti itu?
Oleh
karena itu, lakukanlah langkah pembaruan yang membuat hidup Anda berbeda.
Tentukanlah peran yang terbaik bagi Anda, di lingkungan keluarga, kantor,
ataupun dipergaulan Anda. Apakah Anda seorang supir, tukang cuci piring, pemuka
masyarakat, manajer atau apa saja, yang penting,
“Jangan
membidik tapi tidak pernah menarik pelatuk. Tarik busur dengan kuat, lepaskan
anak panah yang tertahan itu hingga melesat jauh dan tinggi.”
Cobalah
pikirkan hal-hal yang belum sempat Anda lakukan, dan bila dikerjakan akan
membuat segalanya lebih baik. Catatlah semua.
Setiap
waktu senja tiba, tulislah jadwal pekerjaan esok hari. Evaluasi hasilnya pada
keesokkannya lagi.
Buat
kembali rencana kerja pada sore hari, dan demikian seterusnya. Ini adalah
reaksi fusi atau efek berantai yang memiliki kekuatan dahsyat, mirip seperti
kekuatan bom atom.
Charles Schwabb pernah diminta memberikan jasa
konsultasi pada sebuah pabrik baja yang sedang mengalami krisis. Tiga bulan
setelah Schwabb memberikan nasihanya, pabrik baja terebut tumbuh kembali dengan sehat. Yang
dilakukannya ternyata sderhana: ia tidak membiarkan seluruh manajer serta staf
di sana
terjebak dalam rutinitas pekerjaan.
Setiap
manajer, supervisior, dan staf diwajibkan selalu membuat rencana kerja untuk
esok hari, dan pada pagi harinya rencana kerja tersebut dikerjakan
sebaik-baiknya. Ketika senja tiba, setiap orang mengevaluasi kembali apa yang
sudah dan belum dikerjakan. Sore itu juga, mereka membuat rencana kerja untuk
keesokan hari, dan begitu seterusnya. Hasilnya, sungguh mengejutkan, pabrik
baja tersebut sempat tercatat sebagai salah satu yang terbesar di Amerika
Serikat.
Bill Gates, pemilik Microsoft, adalah orang
paling berhasil di bisnis software dunia. Ia memulai usahanya hanya dari garasi
rumahnya. Kini, jaringan bisnisnya terus
berkembang di seluruh dunia. Gates menjadi orang terkaya di planet bumi.
Kata-katanya yang terkenal adalah : “If you have a clear vision you’ll even
forget your breakfast ( Apabila anda
memiliki tujuan yang jelas, Anda bahkan akan lupa sarapan).”
Perhatikan
contoh bisnis yang berhasil. Tujuan yang hendak dicapai oleh bisnis tersebut
ditentukan dengan jelas sebelum pekerjaan dimulai. Iqra dilakukan lebih dulu,
mempelajari ceruk pasar yang akan dituju; apakah cukup luas; berapa daya
serapnya; bagaimana iklim persaingannya. Kemudian, dihitung biaya produksi,
operasional serta organisasinya, seperti: marketing, operasi, keuangan,
distribusi dan promosi.
Setelah
semua terencana dengan jelas dan rinci, barulah operasi dimulai berdasarkan
rencana yang telah digodok sebelumnya. Umumnya, kegagalan suatu usaha terletak
pada tahap perencaan awal, berupa : salah membaca pasar, salah promosi, atau bahkan
seringkali karena tidak melalui proses perencanaan yangt masak, sehingga dalam
pelaksanaan terjadi praktik tambal-sulam di sana-sini.
Perencanaan,
kadangkala terlalu optimis, kurang perhitungan, tergesa-gesa atau
sebaliknyaterlalu berhati-hati, sehingga tergilas oleh pesaing yang lebih
agresif. Bias juga terjadi over servicing atau member pelayanan berlebihan,
sehingga mengakibatkan kerugian pada perusahaan. Semua hal tersebut adalah
akibat dari pengambilan keputusan yang kurang bijaksana.
Kembali,
upaya “mendengar” suara hati terhadap
permintaan pasar, juga suara hati terhadap kebutuhan perusahaan, perlu
ditingkatkan. Pelajarilah kembali Asmaul Husna, agar keputusan menjadi optimal dan
bijaksana. Berpikirlah melingkar (menimbang berbagai aspek) atau apa yang saya
sebut sebagai 99 Thinking Hat. Inilah makna tauhid, yaitu berpikir
komprehensif.
“Hai orang-orang yang beriman!
Bertakwalah kepada Allah. Hendaklah setiap orang memperhatikan perbuatan apa
yang telah dilakukannya, sebagai persediaan untuk hari esok. Bertakwalah kepada
Allah. Sungguh, Allah tahu benar apa yang kamu lakukan.”
QS
Al Hasyr (Pengusiran) 59:18-
Di sarikan dari :
Ary Ginanjar Agustian, 2010, “Rahasia
Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual
ESQ (Emotional Spiritual Quotient)”, Jakarta: Arga Publishing, Hal. 199-206.